Senin, 24 Januari 2011

MAKNA MONUMEN RAWA GEDE DALAM PERSPEKTIF SEJARAH

  Tajudin Noor*

Sejarah adalah ceritera tentang masa lalu. Inti cerita adalah nasib dari kesatuan sosial atau golongan manusia. Cerita mengisahkan laku perbuatan dari tokohnya.[1] Dalam hal ini sejarah mencatat bahwa penjajahan di atas bumi Indonesia banyak memperoleh perlawanan dari rakyat, baik dalam bentuk protes sosial , perang secara gerilya maupun gerakan bawah tanah. Bukti-bukti perlawanan terhadap penjajah sudah banyak direkam dalam penulisan sejarah. Selain itu ada pula peristiwa sejarah dikenang dengan cara membangun monumen, yakni merupakan simbol yang mengandung makna bahwa di suatu tempat tersebut pernah terjadi sutau peristiwa yang sangat penting sehingga patut dikenang tidak masa kini akan tetapi bagi generasi masa yang akan datang.
Dalam kaitan ini maka cerita sejarah yang tersurat akan mempunyai sifat fungsional selain meilki makna documenter juga memiliki makna ekspressif yang menunjukkan dari kesadaran kolektif manusia. [2] Dari cerita tentang masa lalu itu memiliki kegunaan sejarah yang sangat berkaitan dengan nilai-nilai pewarisan sejarah. Dalam kaitan ini Ismaun menyatakan bahwa salah satu nilai luhur sejarah adalah pengalaman kolektif yang berharga bagi kemanusiaan. Pada ranah kognitif , generasi sekarang diharapkan mampu memahami tentang peristiwa serta menarik pelajaran masa lampau. Pada ranah afektif dapat mengambil teladan dari tokoh-tokoh sejarah.
      Salah satu monumen yang penting sebagai bukti sejarah yang ada di kota Karawang adalah Taman Makam Pahlawan Sampurna Raga Rawagede atau lebih dikenal dengan nama Monumen Rawagede.
      Dari peristiwa bersejarah di Rawagede memberikan dorongan bagi Pemerintah Daerah Kabupaten Karawang untuk membuat monumen yang selesai di bangun pada tanggal 10 November 1952 yang dikukuhkan dengan nama Taman Makam Pahlawan Sampurna Raga.[3] 
Monumen Rawagede terdiri dari beberapa unsur yang syarat dengan makna tertentu yakni :
1. Plaza, sebagai tempat upacara dan penghantar menuju titik utama monument serta sebagai penghubung yang melambangkan jembatan emas perjuangan Bangsa Indonesia menuju kemerdekaan.
2. Tangga, terdiri dari 17 (tujuh belas ) anak tangga yang melambangkan Proklamasi Kemerdekaan Bangsa Indonesia.
3. Piramida, dengan jumlah 4 dengan tinggi 5 (lima) meter, yang melambang 45 (empat lima) tahun lahirnya Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.
4. Relief, terdapat pada bagian belakang monumen menggambarkan semangat perjuangan rakyat Karawang khususnya daerah Rawagede pada saat mempertaruhkan jiwa dan raga demi tegaknya Negara Kesatuan Republik Indonesia.[4]
      Peristiwa Rawagede merupakan bukti sejarah yang diharapkan memberikan aspirasi bagi perilaku kita yaitu berpartisipasi dalam menyumbangkan harta, tenaga dan pikiran serta nyawa sekalipun demi mempertahankan dan mengisi kemerdekaan ini yang berlandaskan nilai-nilai Pancasila.
Berdasarkan paparan di atas kiranya kita dapat menarik benang merah yaitu pentingnya pewarisan tentang nilai-nilai yang terkandung dalam proses pewarisan nilai sejarah yang berorentasi pada masa lampau akan tetapi pada cita-cita masa yang akan datang. Dengan kenyataan itu , maka Monumen Rawagede dalam proses pembelajaran merupakan media pendidikan dalam memahami sejarahnya. Lebih khusus pada masayarakat Karawang selain berdaya guna edukatif, inspiratif, instuitif juga berguna sebagai sarana rekreatif.
Francis Bacon menyatakan bahwa histories make man wise atau sejarah membuat orang bijaksana”. Karena itulah tidak mengherankan orang sering kali menganjurkan bahwa “Belajarlah dari sejarah!” atau “Historia Magistra Vitae (sejarah adalah guru kehidupan). Semoga.
*) Tajudin Noor, S.Pd , Pemerhati Sejarah. Tergabung dalam Komunitas Dukung Rawagede sebagai Monumen Nasional.


[1]  Sidi Gazalba 1981 , Pengatar sejarah sebagai Ilmu, Jakarta hal 143.
[2] Kartodirdjo, 1987 beberapa Masalah teori dan Masalah Sedjarah Indonesia, hal 205
[3] K. Sukarman HD, 1996 Mengenang Perjuangan Rakyat Jawa Barat : Riwayat Singkat Taman  Makam Pahlawan Rawagede hal. 15
[4] Ibid hal 20

1 komentar:

  1. Punteun bapak,
    Di dalam footnote yang bapak cantumkan terdapat buku yang ditulis oleh Bapak Sukarman,
    Saat ini saya sedang melakukan penelitian tentang peristiwa rawagede dan saya sangat membutuhkan buku itu sebagai bahan bacaan utama,
    jika dibolehkan maukah bapak berbagi informasi tentang di mana saya bisa mendapatkan buku itu, atau mungkin hanya sekedar untuk bisa meminjam dan membacanya..
    Semoga bapak berkenan untuk menanggapi komentar ini..

    Hatur Nuhun Bapak,

    BalasHapus