Jumat, 21 Januari 2011

Materi 1 : Sejarah Kelas XI IPA Semester 1 ( Hipotesis Masuk dan Berkembangnya kebudayaan Hindu Buddha ke Indonesia)


Hipotesis Masuk dan Berkembangnya kebudayaan Hindu Buddha ke Indonesia.
 
                   Hipotesis masuk dan berkembangnya agama dan kebuadayaan Hindu Buddha di Indonesia. Hipotesa ini terbagi dalam dua kelompok :
A. Teori Kolonisasi
1.  Hipotesis Waisya
          Hipotesis Waisya dikemukakan oleh NJ Krom dibawa oleh para pedagang yang datang untuk menetap dan menikah dengan orang Indonesia
2.  Hipotesis Ksatria :
a. CC. Berg menyatakan bahwa golongan yang turut menyebarkan kebudayaan Hindu Buddha ialah para petualang yang sebagian besar dari golongan Ksatria. Para Ksatria tersebut ada yang terlibat langsung konflik perebutan kekuasaan di Indonesia.
b. Mookerji menyatakan bahwa para Ksatria ini membangun koloni-koloni yang kemudian berkembang menjadi sebuah krajaan.
c. JL Moens tentang masuknya agama Hindu menyatakan bahwa masuknya agama Hindu ke Indonesia dibawa oleh para prajurit disebabkan karena adanya kekacauan politik dan peperangan di India abad ke-4 dan 5 Masehi.Teori penaklukan diekmukakan oleh FDK Bosch.
d.  Hipotesis Brahmana                                                                                
Hipotesis Brahamana dikemukakan oleh JC. Van Leur tentang masuknya pengaruh Hindu Budha di Indonesia  dibawa oleh kaum Brahmana yang mendapat undangan kepala suku yang tertarik dengan agama Hindu.
A.   Hipotesa  Arus Balik
Hipotesis Arus Balik merupakan kritik terhadap ketiga teori kolonisasi tersebut (Waisya, Ksatria, Brahmana) tentang masuknya agama dan kebudayaan Hindu dilakukan oleh bangsa Indonesia yang belajar ke India dan kembali ke Indonesia mengajarkan agama Hindu.
   
Pada dasarnya keempat teori tersebut memiliki kelemahan yaitu karena golongan ksatria dan waisya tidak mengusai bahasa Sansekerta. Sedangkan bahasa Sansekerta adalah bahasa sastra tertinggi yang dipakai dalam kitab suci Weda. Dan golongan Brahmana walaupun menguasai bahasa Sansekerta tetapi menurut kepercayaan Hindu kolot tidak boleh menyeberangi laut.
Disamping pendapat / hipotesa tersebut di atas, terdapat pendapat yang lebih menekankan pada peranan Bangsa Indonesia sendiri, untuk lebih jelasnya simak uraian berikut ini.
Hipotesis Arus Balik dikemukakan oleh FD. K. Bosh. Hipotesis ini menekankan peranan bangsa Indonesia dalam proses penyebaran kebudayaan Hindu dan Budha di Indonesia. Menurutnya penyebaran budaya India di Indonesia dilakukan oleh para cendikiawan atau golongan terdidik. Golongan ini dalam penyebaran budayanya melakukan proses penyebaran yang terjadi dalam dua tahap yaitu sebagai berikut:
1. Proses penyebaran di lakukan oleh golongan pendeta Budha atau para biksu, yang menyebarkan agama Budha ke Asia termasuk Indonesia melalui jalur dagang, sehingga di Indonesia terbentuk masyarakat Sangha, dan selanjutnya orang-orang Indonesia yang sudah menjadi biksu, berusaha belajar agama Budha di India. Sekembalinya dari India mereka membawa kitab suci, bahasa sansekerta, kemampuan menulis serta kesan-kesan mengenai kebudayaan India. Dengan demikian peran aktif penyebaran budaya India, tidak hanya orang India tetapi juga orang-orang Indonesia yaitu para biksu Indonesia tersebut. Hal ini dibuktikan melalui karya seni Indonesia yang sudah mendapat pengaruh India masih menunjukan ciri-ciri Indonesia.
2. Proses penyebaran kedua dilakukan oleh golongan Brahmana terutama aliran Saiva-siddharta. Menurut aliran ini seseorang yang dicalonkan untuk menduduki golongan Brahmana harus mempelajari kitab agama Hindu bertahun-tahun sampai dapat ditasbihkan menjadi Brahmana. Setelah ditasbihkan, ia dianggap telah disucikan oleh Siva dan dapat melakukan upacara Vratyastome / penyucian diri untuk menghindukan seseorang.
                Jadi hubungan dagang telah menyebabkan terjadinya proses masuknya penganut Hindu - Budha ke Indonesia. Beberapa hipotesis di atas menunjukan bahwa masuknya pengaruh Hindu - Budha merupakan satu proses tersendiri yang terpisah namun tetap di dukung oleh proses perdagangan.
                Untuk agama Budha diduga adanya misi penyiar agama Budha yang disebut dengan Dharmaduta, dan diperkirakan abad 2 Masehi agama Budha masuk ke Indonesia. Hal ini dibuktikan dengan adanya penemuan arca Budha yang terbuat dari perunggu diberbagai daerah di Indonesia antara lain Sempaga (Sulawesi Selatan), Jember (Jatim), Bukit Siguntang (Sumatera Selatan). Dilihat ciri-cirinya, arca tersebut berasal dari langgam Amarawati (India Selatan) dari abad 2 - 5 Masehi. Dan di samping itu juga ditemukan arca perunggu berlanggam Gandhara (India Utara) di Kota Bangun, Kutai (KalimantanTimur).

Selasa, 18 Januari 2011

Manusia Biasa yang Luar Biasa


Manusia Biasa yang Luar Biasa*
1.    Akira Haraguci, 59 tahun dari  Jepang, konselor psikiatri, dalam bidang Matematika menuliskan dari ingatannya nilai ‘’pi’’ konstanta angka yang terdiri atas deretan tidak terhingga di belakang koma sampai 83.431 desimal. Akira membutuhkan 13 jam megalahkan rekor sebelumnya yang juga diciptakan seorang Jepang, dengan sekitar 40 ribu decimal oleh Hidaeki  Tomoyori dari Yokohama.
2.    Alexis Lemaire, 24 tahun, seorang mahasiswa di Reims, Perancis, mengklaim membuat rekor dunia mengerjakan perhitungan akar pangkat ke-13 terhadap angka 200 digit, dengan menggunakan mental aritmetika. Rekor yang disyahkan oleh seorang notaris hukum berhasil dipecahkan Lemaire hanya dalam waktu 48 menit 51 detik.
3.    Dario Donadotelli, yang masih hidup sekarang, memecahkan rekor ingatan dunia dengan mengucapkan kembali rangkaian 73 angka dalam 48 detik setelah diperdengarkan. Rekor sebelumnya dicatat tahun 1911 dengan rangkaian angka 18 angka.
4.    Imam Bukhari adalah periwayat dan ahli hadits yang terkenal. Sejak kecil, dia telah menunjukkan bakatnya yang cemerlang dan luar biasa. Ketajaman ingatannya dan hafalannya melebihi orang lain. Dia menghafal 300.000 hadits.
5.    Kardinal Mezzofani dapat berbicara enam puluh bahasa dengan cukup baik.
6.    Kozo Haraguci, 95 tahun, dari selatan kota Miyazaki, Jepang, mencetak rekor atletik berlari 100 meter dalam 22,04 detik. Dia lebih cepat dua detik dari rekoer sebelumnya untuk kategori pria  berusia 95-99, yang sebelkumnya dicetak olwh wrga Australia.
7.    Seorang sejarawan Inggris memenangkan sebutan anumerta di buku Guiness Book of Records untuk dua orang yang batu nisannya menunjukkan mereka telah menikah pada usia 105. Dugaan rekor ini diciptakan pasangan suami istri Thomas dan Elizabeth Morgan dari kota Cwmbran, pada abad 19.
8.    Goliath Casket Company, perusahaan peti jenazah, di Negara bagian Indiana, AS, menyebutkan telah membuat peti mati dengan lebar 2,1 meter. Peti itu untuk seorang pria yang meninggal di Alaska dengan bobot 400 kilogram.
9.    Maurice Creswik, seorang pria di Afrika Selatan berusia 79 tahun, mencetak rekor donor darah terbanyak 350 kali. Ia tergerak menyumbangkan darahnya sejak menyaksikan kecelakaan di jalan raya pada usia 11 tahun. (*)dari berbagai sumber)

Ilmu Sejarah dalam Perspektif Filsafat Ilmu


ILMU SEJARAH DALAM PERSPEKTIF FILSAFAT ILMU
(Suatu Kajian Ontologis, Epistemologis, dan Aksiologis)
Oleh : Tajudin Noor
No. Reg : 761600631

(Diajukan dalam rangka Memenuhi Ujian Akhir Semester Ganjil Tahun 2010-2011)
(Mata Kuliah Filsafat Ilmu PPs UNJ)
(Dosen DR. Suwirman Nuryadin, M.Pd)
 
A. Ontologi dalam Ilmu Sejarah
            Sejarah berasal dari Bahasa Arab yaitu syajarah yang berarti pohon atau syajara yang berarti terjadi. Kedua lafal ini sebagai sejarah dalam Bahasa Indonesia dapat berarti silsilah, asal usul, riwayat. Dalam bahasa Inggris, yaitu history, yang berasal dari historia, Belanda ialah geschiedennis (dari kata geschieden = terjadi). Sedangkan dalam bahasa Inggris sejarah disebut history, (berasal dari bahasa Yunani “historia” yang berarti yang diketahui dari hasil penyelidikan atau ilmu. Sejarah berarti peristiwa yang terjadi dalam masyarakat manusia di masa lampau.[1]
            Obyek yang ditelaah  dalam ilmu sejarah adalah manusia dan waktu. Dalam hal ini kaitannya dengan waktu dalam pandangan sejarah adalah waktu yang berhubungan dengan kehidupan manusia pada masa lampau. Sejarah didasarkan pada pengalaman hidup manusia, yang diungkap melalui dokumen sejarah. Jika dalam ilmu-ilmu lain dapat melakukan eksperimen berulang-ulang maka sejarah tidak dapat hanya satu kali terjadi (einmalig). Pengalaman baik secara individu maupun secara kolektif. Menurut Alexander D.Xenopol menyatakan bahwa peritiwa berulang dipelajari oleh ilmu alam, sedangkan peristiwa berurutan merupakan obyek studi sejarah sebagai ilmu.
Dalam kaitan pengalaman tersebut diatas , menurut Dilthey, setiap pengalaman baru ditentukan oleh semua pengalaman yang sampat saat itu pernah dimiliki. Pengalam baru memberi arti dan penafsiran baru terhadap pengalam lama. Ada pengaruh pengalaman baru dengan pengalaman lama yang ditentukan oleh proses timbal balik (erlebnis).T ahap kedua audruck, merupakan kenyataan sesuai dengan kenyataan atau persepsi. Tahap  ketiga verstehen yaitu mementaskan kembali pengalaman dan proses psikologi dan intelektual yang dahlu dirasakan oleh seseorang pelaku sejarah. Menurut RG Collingwood, masa lalu dapat diulangi dalam batin berdasarkan pengalaman masa silam dengan menggunakan konsep enact, yaitu mengulangi apa yang hidup dalam benak tokoh sejarah. Hal inilah yang membedakan antara ilmu sejarah dengan ilmu yang lain[2]
            Tentang penggambaran tentang manusia dapat terlihat dalam  gerak sejarah, dengan adanya dua pandangan yang berbeda mengenai peristiwa sejarah yaitu sejarah merupakan peristiwa yang berulang (I’historie se re pete) dan tidak suatu peristiwa yang sama percis dengan peristiwa yang lainnya (gesichte ist eimalig). Menurut Alexander D.Xenopol menyatakan bahwa peritiwa berulang dipelajari oleh ilmu alam, sedangkan peristiwa berurutan merupakan obyek studi sejarah sebagai ilmu.
            Dikaitkan dengan faktor pendorong sejarah, terdapat dua macam penafsiran yaitu determininasi dan kemaun bebas. Filsafat sejarah yang deterministik menekankan faktor keturunan (fisik, biologis, rasial) seperti teori evolusi dari Charles Darwin,  lingkungan geografis, interpretasi ekonomi seperti materialisme dialektika oleh Karl Marx, penafsiran orang besar seperti negarawan, panglima perang, para nadi, sastrawan; kajian sejarah, penafsiran sosiologi seperti dikembangkan olh Ditley, dan penafsiran sintetis yaitu mencoba menggabungkan semua faktor yang menjadi penggerak sejarah.
            Dengan demikian maka mempelajari sejarah berarti pada hakikatnya adalah kajian tentang suatu proses pemahaman kelangsungan dan perubahan terhadap obyek dan dinamika kehidupan manusia atau bangsa yang mempunyai arti istimewa.

B. Epistemologi dalam Imu Sejarah
            Epistemologi adalah suatu cabang filsafat yang bersangkut paut dengan pengetahuan. Secara etimologi, istilah epistemologi berasal dari bahasa Yunani. Episteme (pengetahuan) dan logos (kata, pikiran , percapakan atau ilmu)[3]. Pokok persoalan klasik dalam epistemologi adalah sumber, asal mula dan dasar pengetahuan; bidang, batas, dan jangkuan pengetahuan; serta validitas dan realibilitas dari berbagai klaim terhadap pengetahuan.[4]
            Pada zaman Yunani dan Romawi awalnya Heredotus (484-425 SM) yang ditasbihkan sebagai the father of history  memandang bahwa sejarah sebagai cerita sejarah (telling history) Sejarah kadang-kadang dimasukkan ke dalam ilmu sosial atau humaniora. Selain pengkategorian sejarah sebagai bagian ilmu humaniora pada dasarnya sejarah berusaha memang ditafsirkan untuk merekam, mewariskan, menafsirkan, serta mempertahankan  budaya  dari kehidupan manusia dimasa lalu. Sementara dalam kegiatan penulisan sejarah hanya memperhatikan unsur  keindahan (estetika).[5]
            Pada masa Kristen Awal dan Zaman Pertengahan ( abad V – XV) , penulisan sejarah cenderung melihat sejarah dari sudut agama dan politik. . Zaman Rasionalisme dan Pencerahan (abad XVIII)  penulisan sejarah berupa gagasan kemajuan peradaban manusia yang akan terus menerus tergerak maju. Zaman Romatisme, Nasionalisme, dan liberalisme ditandai dengan timbul perdebatan klasik tentang karakteristik pendekatan metodologi keilmuan sejarah yang dipelopori oleh kelompok positivisme dan hermeneutika. Kelompok positivisme sangat menekankan keharusan menerapkan sifat kausalitas, generalisasi serta prediksi.[6] Kelompok hermeneutika lebih menekankan penghayatan dari dalam jalan pikiran manusia dengan jalan menjembatani antara dua titik yang berbeda-beda, berusaha mengerti pihak lain berdasarkan pengalaman
            Dalam perkembangan selanjutnya terdapat pandangan tentang sejarah kritis dan sejarah baru. Pandangan filsafat sejarah speklulatif  menafsirkan berdasarkan pendapat sendiri yang bervariasi atas dasar pertimbangan empiris, metafisis dan religius. Sedangkan pandangan filsafat sejarah kritis muncul dari renungan atas permikiran dan penalaran menurut hakikat ilmu sejarah, terutama bersifat epistemologi dan konseptual.[7]
            Dalam kaitan ini maka ilmu sejarah, telah memiliki syarat-syarat sebagai ilmu, yaitu :
a. Bersifat empiris, yaitu sesuatu yang dikonseptulisasikan dengan data panca indera. Sejarah didasarkan pada pengalaman hidup manusia, yang diungkap melalui dokumen sejarah. Pengalaman baik secara individu maupun secara kolektif.
            b. Memiliki metode,  yaitu heuristik (menemukan jejak), kritik, dan interpretasi
c. Memiliki teori  (renungan pengetahuan)
d. Memiliki generalisasi - generalisasi konseptual, tematik, spatial, periodik (kronologis), sosial, kausal (apa dan bagaimana), kultural (budaya), sistematik, struktural.
C. Aksiologi dalam Sejarah
            Dari berbagai literatur, maka kegunaan sejarah sebagai ilmu dapat disimpulkan sebagai berikut :
       a. Menurut Wang Gungwu, kegunaan sejarah adalah : 1) untuk kelestraian identitas kelompok dan memperkuat daya tahan kelompok itu guna kelangsungan hidup. 2) Sejarah berguna sebagai pengambilan pelajaran dan tauladan dari contoh-contoh dimasa lalu, sehingga menjadi azas dan manfaat secara khusus demi kelangsungan hidup itu. 3); Sejarah berfungsi sebagai sarana pemahaman mengenai makna hidup dan mati.[8]
b. Menurut Nugroho Notosusanto kegunaan sejarah adalah guna rekreatif, guna inspiratif, guna intruktif, dan guna edukatif.[9]
c. Menurut C.P. Hill meyatakan tentang kegunaan sejarah antara lain 1) secara unik dapat memuaskan rasa ingin tahu tentang orang lain, 2) dapat membandingkan kehidupan zaman sekarang dengan masa lampau 3) dapat diwariskan kebudayaan masa lalu 4) dapat membantu mengembangkan cinta tanah air dikalangan para siswa[10]
            Selain ilmu sejarah memiliki kegunaan, ilmu sejarah juga memiliki manfaat sebagai berikut :
a. Manfaat instritik yaitu 1) sejarah sebagai ilmu, cara mengetahui masa lalu, pernyataan pendapat, sebagai profesi)
b. Manfaat ekstrinsik yaitu : 1) Sejarah sebagai latarbelakang 2) Sejarah sebagai rujukan. 3) Sejarah sebagai pendidikan moral. Dalam pelaku sejarah terdapat  sikap sebagai tuntunan moral seperti baik-buruk, benar-salah, merdeka-dijajah, pahlawan-pengkhianat, cinta-benci, beradab-biadab,4) Sejarah sebagai pendidikan penalaran, yaitu tentang proses berpikir secara plurikausal, bahwa penyebab suatu peristiwa karena banyak hal.
c.    Manfaat sejarah untuk perencanaan dan/atau penilaian yaitu perbandingan sejarah, unntuk megetahui hal-hal pembangunan- pembangunan, paralelisme (ekonomi, sosiologi, antropologi) serta evolusi sejarah.     
D. Peran Bahasa kaitannya dengan Filsafat Ilmu
            Bahasa merupakan serangkaian bunyi, serta lambang di mana rangakaian bunyi ini membentuk arti  tertentu. Dengan lambang-lambang manusia dapat berpikir dan berkomunikasi untuk menyampaikan sesuatu secara benar.
            Perkembangan bahasa dalam kaitan filsafat analitik menggunakan logico-linguistic maka bahasa bukan saja sebagai sarana berpikir dan berfilsafat melainkan sebagai bahan dasar dari hasil akhir filsafat.
E. Peran Matematika kaitannya dengan Filsafat Ilmu
            Matematika adalah bahasa yang melambangkan serangkaian makna dari pernyataan yang ingin disampaikan yang bersifat artificial, yang baru mempunyai arti setelah sebuah makna diberikan padanya. Fungsi matematika sebagai bahasa juga sebagai alat berpikir deduktif artinya  proses pengambilan kesimpulan berdasarkan premis-premis yang kebenarannya telah ditentukan.
                                                                                                                                     
Daftar Pustaka
Abdurahman, Dudung. Metode Penelitian Sejarah, Cet II, Jakarta; Logos Wacana Ilmu, 1999
Ankersemit, FR,  Refleksi tentang Sejarah , Pendapat-pendapat tentang Filsafat Sejarah,              Jakarta,   Gramedia 1987
Coolingwood. R.G.. The Idea of History, New York : Oxpord Univesity Perss , 1956
Hill, C.P. Saran-Saran tentang Mengajarkan Sejarah Djakarta : Perpustakaan Perguruan
            Kementrian PP dan K, 1956
Notosusanto, Nugroho.  Sejarah Indonesia I, Jakarta , Depdikbud, 1979
Rapar, JH. Pengantar Filsafat, Jakarta Kanisius, 1996
Suriasumantri, Jujun S. Filsafat Ilmu , Sebuah Pengantar Populer, Jakarta : Pustaka Sinar                
            Harapan, 2009
           


[1] Gottschalk, Louis ; Understanding History : Primer Historical Method (terjemahan), (Jakarta, Universitas
   Indonesia 1983) , hlm. 27
[2] Coolingwood RG, The Idea of History , ( New York : Oxpord Univesity Perss 1956) hlm 3 -5
[3] JH Rapar, JH, Pengantar Filsafat, (Jakarta, Kanisius, 1996) hlm. 37  
[4]  ibid hal. 37                                                                                                                                                                                
[5] Suriasumantri, Jujun S. Filsafat Ilmu , Sebuah Pengantar Populer, (Jakarta : Pustaka Sinar Harapan, 2009) hlm
   97
[6]Ankersemit, FR. Refleksi tentang Sejarah , Pendapat-pendapat tentang Filsafat Sejarah, (Jakarta, Gramedia , 1984) hlm. 121-122
[7] Rapar , JH. 1996, Pengantar Filsafat,( Jakarta , Kanisius, 1996) hlm. 84
[8]  Abdurahman, Dudung , Metode Penelitian Sejarah, Cet II ( Jakarta; Logos Wacana Ilmu,1999) hlm. 4.
[9] Notosusanto, Nugroho  Sejarah Nasional Indonesia Jakarta :Depdibud 1992)hlm. 10
[10] Hil C.P. Saran-Saran tentang Mengajarkan Sejarah (Djakarta : Perpustakaan Perguruan Kementrian PP dan K  
    1956) hlm. 120-122.

Senin, 17 Januari 2011

Singaraja Hari Ini

Singaraja Hari Ini

ini sisa perjalanan sejarah
pada pagi bening bulan chaitra
bulan dimana magma kota jelang diri
dari musim hujan
     ke arah pergantian musim

hari ini
perhelatan besar di alun-alun kotamu
dimana sang pendeta
     diiring gadis-gadis kebaya
     untaian bunga mas dan cempaka
     memasuki kori agung
     dimana bija taburkan benih insani
     dan mantram-mantram
antarkan doa-doa kelahiran
kelahiran berabad-abad lamanya


                                                                   Singaraja , 1996
Dimuat  Bali Post
Buleleng Dalam Sajak
(Kumpulan Puisi Menyambut HUT Singaraja 392 Maret 1996)
Kominitas Sastra Buleleng 1996

Senin, 10 Januari 2011

Sajak Sinden


Sajak Sinden

liuk tubuhmu di atas panggung
pada gemerincing gamelan lindru
tembang
menggugah sang bajidor
liuk nafasmu
adalah nasibmu
di ujung ruh subuh
ketika cahaya
mengkuliti malam
sebab sebentar lagi
tak ada pestamu lagi