Perkembangan Agama Kristen di Indonesia
Proses masuknya agama kristen ke Indonseia terjadi
dalam dua gelombang, yaitu :
Pertama, masuk sejak zaman kuno. Menurut Cosmas Indicopleustes dalam bukunya Topograhica Christina, diceriterakan
pada abad ke-6 sudah ada komunitas Kristiani di India Selatan, di pantai
Malabar, dan Sri Langka. Dari Malabar itu agama Kristen menyebar ke berbagai
daerah. Pada tahun 650 agama Kristen sudah mulai berkembang di Kedah
(Semenanjung Malaya) dan sekitarnya. Pada abad ke-9 Kedah berkembang menjadi
pelabuhan dagang yang sangat ramai di jalur yang menghubungkan India-Aceh-Barus-Nias melalui Selat Sunda-Laut Jawa dan terus ke Cina.
Jalur inilah yang disebut sebagai jalur
penyebaran agama Kristen dari India ke Nusantara. Diberitahukan bahwa agama
Kristen mulai tumbuh di Barus (Fansur). Di daerah ini terdapat gereja yang
dikenal Gereja Bunda Perawan Murni Maria.
Disebutkan juga di dekat Barus terdapat desa tua yang dinamakan Desa Janji Mariah.
Dari uraian tersebut maka dapat dijelskan bahawa
agama Kristen (Katolik dan Protestan) masuk dengan cara damai melalui kegiatan
pelayaran dan perdagangan. Agama ini tumbuh di daerah-daerah pantai di Semenanjung
Malaya dan juga pantai barat di Sumatera. Penganut agama kristen hidup
dikota-kota pelabuhan sambil beraktivitas sebagai pedagang. Mereka kemudian
juga membuat pemukiman di daerah itu.
Kedua, dengan datangnya bangsa Barat ke Indonesia pada
abad ke 16.Kedatangan bangsa semakin mempercepat penyebaran agama Kristen ke
Indonesia. Telah diterangakan bahwa pada abad ke 16 telah terjadi penjelajahan
samudera untuk menemukan dunia baru oleh karena itu zaman ini sering disebut The Age of Discovery dengan semboyan gold, glory, gospel telah memotivasi dan
semboyan itu maka penyebaran agama Kristen oleh orang Portugis tidak terlepas
dari kepentingan ekonomi dan politik. Setelah menguasai Malaka tahun 1511
Portugis kemudian meluaskan ekploitasi ke Kepulauan Maluku dengan maksud
memburu rempah-rempah. Pada tahun 1512 pertama kali bangsa Portugis mendarat di
Hitu (Ambon) Kepulauan Maluku. Pada waktu itu perdagangan di Pulau Igis ramai.
Melalui perdagangan itu pula Islam sudah berkembang di Maluku. Kemudian bangsa
Portugis datang untuk menyebarkan agama Katolik dibeberapa daerah di Kepulauan
Maluku. Para penyebar agama Katolik di awali oleh para pastor (padre berarti
imam dalam bahasa Portugis). Pastor yang terkenal adalah Pastor Franciscus Xaverius SJ dari ordo Yesuit
dan Metteo Ricci. Ia aktif
mengunjungi desa-desa sepanjang Pantai Leitimor, Kepulauan Lease, Pulau Ternate,
Halmahera Utara, dan Morotai. Franciscus Xaverius dan Motteo Ricci juga dikenal
sebagai penyebar Katolik di India, Cina dan Jepang. Usaha penyebaran Katolik
dilanjutkan oleh pastor lain. Kemudian di Nusa tenggara Timur seperti Flores,
Solor, dan Timor agama Katolik berkembang tidak terputus sampai sekarang.
Berikutnya agama Kristen berkambang di Maluku
terutama setelah VOC menguasai Ambon. Pada waktu itu para zending aktif
menyebarkan agama baru ini dengan semangat piesme,
yaitu menekankan pertobatan orang-orang Kristen. Penyebaran ini lebih intensif
saat Raffles berkuasa. Katolik dan Kristen berkembang di Indonesia Timur.
Beberapa penyebar agama Kristen terkenal dari negeri Belanda seperti Dr. Nomensen, Sbastian Danchaerts dan Heurnius yang berjasa di daerah
Tapanuli, Ambon, Jakarta, Kalimantan, Sulawesi Selatan dan pulau lainnya.
Agama Katolik berkembang di Minahasa setelah
Portugis singgah pada abad ke-16 yang dipimpin oleh pastor Diogo de Magelhaens dan Pedro de Mascarenhas. Peristiwa ini
terjadi pada tahun 1563, yang dikatakan sebagai tahun masuknya Katolik di
Sulawesi Utara. Tercatat pada waktu itu telah tercatat dan raja menyatakan
masuk agama Katolik. Misalnya Raja Babotehu bersama1.500 rakyatnya telah di
babtis oleh Magelhaens.