Historiografi tradisional
adalah karya tulis sejarah yang dibuat oleh para pujangga dari suatu kerajaan,
baik itu kerajaan yang bernafaskan Hindu/Budha maupun kerajaan/kesultanan yang
bernafaskan Islam tempo dulu yang pernah berdiri di Nusantara Indonesia.
Seperti kita ketahui di
Nusantara Indonesia, bahwa sejak awal bangsa Indonesia memasuki zaman sejarah,
diiringi pula dengan berdirinya kerajaan-kerajaan terutama yang dominan
dipengaruhi oleh budaya hindu dan budha. Contohnya di Kalimantan berdiri
kerajaan Hindu Kutai, di Jawa Barat bediri kerajaan Tarumanegara, Galuh
Medang Kamulyan, Adiyawarman dan lain-lain. Di Jawa Tengah terdapat
Kerajaan Medang Kamulani, Mataram Hindu, dan di Jawa Timur ada kerajaan
Singosari, Blambangan, dan lain-lain. Memasuki abad ke-7, di Nusantara Indonesia,
bediri pula kerajaan-kerajaan yang lebih besar wilayah kekuasaannya seperti
kerajaan Pajajaran, Galuh, Sunda, Sriwijaya, Majapahit, Mataram Hindu dan
lain-lain. Pada dasarnya di kerajaan-kerajaan tersebut ada khusus
orang-orang yang ditugaskan oleh raja untuk menulis sejarah yaitu dengan gelar
Pujangga (Sejarawan Keraton).
Karya-karya sejarah yang
ditulis oleh para pujangga dari lingkungan keraton ini hasil karyanya biasa
disebut Historigrafi Tradisional. Contoh karya sejarah yang berbentuk historiografi
tradisional yang ditulis oleh para pujangga keraton dari kerajaan hindu/budha
sebagai berikut :
1.
Babad Tanah Pasundan,
2. Babad Parahiangan,
3.
Babad Tanah Jawa,
4. Pararaton,
5.
Nagarakertagama,
6.
Babad Galuh,
7.
Babad Sriwijaya
Sedangkan karya historiografi
tradisional yang ditulis para pujangga dari kerajaan Islam diantaranya :
1. Babad
Cirebon yaitu karya dari Kerajaan Islam Cirebon,
2. Babad Banten yaitu karya dari Kerajaan
Islam Banten,
3. Babad Dipenogoro yaitu karya yang mengisahkan
kehidupan Pangeran Diponegoro,
4. Babad
Demak yaitu karya tulis dari Kerajaan Islam Demak,
5. Babad Aceh dan lain-lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar