Senin, 26 Februari 2018

Keberlanjutan tradisi Hindu-Buddha setelah keruntuhan kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha di Indonesia



1)         Sistem birokrasi Kerajaan Sriwijaya
Kerajaan Sriwijya berkembang karena pesatnya perdagangan untuk membangun angkatan perang. Dalam prasasti terdapat keputusan lengkap dengan pemberian hadiah dan sangsi serta memuat ancaman dan kutukan yang ditujuan kepada keluarga sendiri dengan tujuan mengadakan pengawasan langsung  kepada daerah-daerah yang dikuasainya.
2)         Sistem birokrasi Kerajaan Mataram Hindu
Terdiri dari daerah pusat dan daerah watak 100 daerah. Pusat kerajaan untuk para raja, putra raja, kaum kerabat raja, dan pejabat tinggi. Daerah watak untuk para rakai atau pamgat sebagai pejabat tinggi.

3)         Sistem birokrasi Kerajaan Pajajaran
Dalam prasasti Siskandang Karesian menggambarkan sistem birokrasi pemerintahan pusat dipegang oleh raja dan dibantu mangkubhumi dibantu nu nangganan, dan raja daerah tinggi.
4)         Sistem birokrasi Kerajaan Bali
Raja dibantu Panglapuan, Somahanda Senapati di Panglapuan. Sejak Udayana memerintah raja dibantu oleh Pakiran-kiran I jeromakabehan. R. Gorris mengatakan bahwa para senapati disamakan dengan punggawa pada masa Kerajaan Gel-Gel dan Kerajaan Klungkung.Pagda abad ke-9 para senopati terdiri dari :
a.          Senopati Sarbwa, jabatan ini dipegang oleh Kiha, Kumpi adhi, dan Kumpi Dyah Sanat.
b.          Senopati Dinganga dipegang prajuna, atri dan cakra.
c.          Senopati Danda dipegang oleh Kumpi Maradoya.

5)         Sistem birokrasi kerajaan Majapahit
         Kekuasaan bersifat teritorial dan desentralisasi. Raja dipandang penjelmaan dewa di dunia dan memiliki otoritas politik paling tinggi.
a. Putra raja diberi kedudukan sebagai raja muda (bhatara Saptha Prabu yaitu lembaga pertimbangan kerajaan yang diketahui dalam Prasasti Singashari (1351) yang dikeluarkan oleh Gajah Mada. Negarakretagama menyebut Pahom Narendra. Dalam Kidung Sundayana menyebut dengan Saptha Prabu.Perintah raja diturunkan para pejabat Rakryan Mahamenteri Katrini, Rakryan Mantri I pakiran-kiran, Dharmadyaksa dan Dharma Upapathi.
b. Rakryan maha Menteri Katrini dipegang oleh putra raja terdiri dari tiga yaitu Rakryan Maha Mernteri I Hino, I Halu, I Sirikan.
c. Rakryan Maha Menteri Pakira-kiran terdiri Rakryan Mahapatih/ Rakryan Tumenggung, Rakryan Deng, Rakryan Rangga, Rakryan Pamnuruhan.
6)         Sistem  penguasaan tanah pada masa kerajaan Hindu Buddha.
            Semua yang ada di wilayah kerajaan menjadi milik kerajaan.
7)         Sistem pajak pada masa kerajaan Hindu Buddha.
            Pajak hasil bumi atau tanah, pajak usaha kerajinan.
8)         Arti pengerahan tenaga kerja kepada raja bagi rakyat
Karena raja dipandang sebagai penjelmaan dewa sehinga menimbulkan kesetiaan rakyat terhadap raja dan apa yang dikatakan raja harus ditaati.
9)         Arti penting perdagangan dan transfortasi bagi kehidupan kerajaan .
         Perdagangan hasil bumi dan lalu lintas perdagangan akan menyebabkan    berkembang dan pesatnya kerajaan

Faktor-faktor penyebab runtuhnya kerajaan Hindu-Buddha di Indonesia
1).Terdesaknya kerajaan sebagai akibat munculnya kerajaan yang lebih besar dan kuat. Seperti Kerajaan Sriwijaya diserang oleh Coladewa dari Kerajaan Colamandala. Majapahit diserang Kerajaan Demak
2) Tidak adanya peralihan kepemimpinan atau kaderisasi seperti pada zaman Majapahit.
3). Berlangsungnya perang saudara seperti Perang Paregreg  yang justru melemahkan kekuasaan kerajaan seperti Bre Wirabumi dengan Wikrama Wardhana.
4). Banyaknya daerah yang melepaskan diri.
5). Kemunduran ekonomi dan perdagangan.
6). Masyarakat mulai tertarik dengan agama  Islam yang disebarkan dari Malaka, Gresik dan Tuban.
7) Tradisi Hindu tidak dapat berkembang secara merata di wilayah Indonesia.

Pengaruh Sriwijaya hanya terbatas di wilayah bagian barat sedangkan pengaruh Majapahit hanya pada bidang politik saja, tidak mengembangkan bidang budaya dan agama pada daerah yang dikuasainya sehingga menyebabkan keruntuhan.
8) Tradisi Hindu Buddha setelah runtuhnya kerajaan Hindu Buddha di wilayah Indonesia
Pada masa Hindu dan Buddha tidak hilang begitu  saja meskipun terpengaruh Islam seperti; sesaji ke sawah, upacara persembahan.Rakyat Majapahit pindah ke Bali dengan menamakan diri Wong Majapahit mendesak Bali Asli ke daerah pedalaman seperti Trunyan, Tenganan, Tigawasa, Sidetapa, dan Sembiran.Agama Hindu di Bali disebut Hindu Dharma atau Hindu Bali. Dewa-dewa agamaHindu telah dimanifestasikan dalam Sang Hyang Widhi Wasa.

dari berbagai sumber

Kerajaan Singasari


1) Letak Geografis
Kerajaan Singasari berasal dari Kerajaan Tumapel yang dikuasai seorang akuwu (bupati). Letak didaerah pegunungan yang subur di wilayah Malang, dengan pelabuhan bernama Pasuruan. Di daerah ini berkembang dan bahkan menjadi sebuah kerajaan besar di Jawa Timur, terutama setelah berhasil mengalahkan kerajaan Kediri dalam pertempuran dekat Ganter tahun 1222 M.
2) Sumber Sejarah
a. Kitab Pararaton, tentang Raja Singasari
b. Kitab Negarakretagama, silsilah raja Majapahit yang memiliki hubungan erat  dengan raja-raja Singasari
c. Berita Cina, menyatakan bahwa kaisar Kubhilai Khan mengirim pasukannya untuk menyerang Kerajaan Singasari
d. Peninggalan berupa Candi Kidal, Candi Jago, dan Candi Singasari

3) Kehidupan Politik
a.     Ken Arok (1222-1227 ), sebagai pendiri kerajaan Singasari dengan gelar Sri Ranggah Sang Amurwabumi. Dengan munculnya Ken Arok maka lahirlah dinasti baru yakni Dinasti Rajasa (rajasawangsa) atau Girindrawangsa
b.     Anusapati (1227-1248), menggantikan Ken Arok karena berhasil membunuhnya, kemudian terbongkar oleh Tohjaya (putra Ken Arok dengan Ken Umang) sehingga Tohjaya membalas kematian ayahnya dengan keris Mpu Gandring. Anusapati kemudian didarmakan di Candi Kidal.
c.     Tohjaya (1248), terbunuh oleh putra Anusapati bernama Ranggawuni dengan bantuan Mahesa Cempaka.
d.     Ranggawuni (1248-1268), naik tahta dengan gelar Sri Jaya Wisnuwardana oleh Mahesa Campaka (anak Mahesa Wongateleng), yang diberi kedudukan sebagai Ratu Anggabhaya dengan gelar Narasinghamurti. Tahun 1254 , Wisnuwardana mengangkat putranya bernama Kertanegara sebagai yuwuraja (raja muda). Tahun1268 Wisnuwardana meninggal dan didarmakan di Jajaghu atau Candi Jago sebagai Buddha Amogapasa dan di Candi Waleri sebagai Siwa
e.     Kertanegara (12681292), merupakan raja terakhir dengan gelar Sri maharaja Sri Kertanegara. Kertanegara dibantu oleh mahamentri yaitu maha menteri I hino, mahamentri I halu, mahamenteri I sirikan.

1)     Kehidupan Budaya
Kehidupan kebudayaan masyarakat Singasari terlihat dari di temukannya peninggalan berupa candi – candi dan patung yang di bangun dari jaman kekuasaan Kerajaan Singasari,di antaranya Candi Kidal,Candi Jago,dan Candi Singari .Sedangkan patung – patung yang berhasil di temukan adalah patung Ken Dedes sebagai Dewi Prajnaparamita lambang kesempurnaan ilmu, Patung Kertangera dalam bentuk Patung Joko Dolok yang di temukan dekat Surabaya, dan Patung Amoghapasa juga perwujudan Raja Kertanegara yang di kirim ke Dharmacraya ibu kota Kerajaan Melayu (Patung Amoghapasa dapat dilihat di Meseum Nasional Meuseum Gajah Jakarta).
2)     Kehidupan Sosial
Terjaminnya kehidupan sosial masyarakat Tumapel mengakibtakan bergabungnya daerah – daerah yang berada di sekitar daerah Tumapel. Perhatian Ken Arok terhadap rakyatnya sangat besar sehingga mereka dapat hidup dengan aman dan sejahtera.Namun,setelah pemerintahan Anusapati,kehidupan masyarakat kurang mendapat perhatian.
Pada masa pemerintahan Wisnuwardhana kehidupan sosial masyarakat mulai teratur rapih.Terakhir pada masa pemertintahan raja Kertanegara,Ia berusaha untuk menstabilkan keadaan di dalam negeri Kerajaan Singasari dengan meningkatkan taraf kehidupan masyarakatnya.
3)     Kehidupan Ekonomi
Kehidupan ekonomi Kerajaan Singasari tidak diketahui secara jelas. Akan tetapi mengingat Kerajaan Singasari berpusat di tepi sungai Brantas (Jawa Timur). Secara langsung maupun tidak langsung rakyatnya ikut ambil bagian dalam dunia pelayaran. Raja Kertanegara berusaha untuk menguasai jalur perdagangan di Selat Malaka. Dengan kata lain,Raja Kertanegara berusaha menarik perhatian antara perdagang untuk melakukan kegiatannya di wilayah kerajaan Singasari.


dari berbagai sumber

Kerajaan Kediri


1) Letak Geografis
Kerajaan Kediri merupakan Kerajaan Medang dengan pusat kerajaan terletak di tepi Sungai Brantas, Jawa Tengah. Ibukotanya Dahanapura. Berdiri abad ke-12 Masehi.
2)     Sumber Sejarah
    Sumber kerajaan Kediri antara lain ;
a)         Prasasti Banjaran (974 S)
b)         Prasasti Padlegan I (1083 S), yang dikeluarkan oleh Raja Bameswara
c)         Prasasti Panumbangan (1042 S/1120 M), yang dikeluarkan oleh Raja Bameswara
d)         Prasasti Candi Tuban (1052 S)
e)         Prasasti Tangkilan (1052 S)
f)           Prasasti Karang Reja (1056 S)
g)         Prasasti Talan (1058 S/1136 M), dikeluarkan oleh Raja Jayabaya
h)         Kitab Bharatayuda (109 S), ditulis pada zaman Jayabaya, untuk menggambarkan terjadinya perang antara Panjalu melawan Benggala.
i)           Kitab Wransancaya (Mpu Tanakung)
j)           Kitab Lubdaka, ditulis Empu Tanakung pada zaman Kameswara. Isinya tentang seorang pemburu bernama Lubdhaka. Ia banyak membunuh. Pada suatu ketika mengadakan perjamuan untuk dewa Syiwa, sehingga rohnya yang semestinya masuk neraka kemudian masuk surga.
k)         Kitab Wrtassancaya, di kararaang MpuTanakung
l)           Kitab Kresnayana, ditulis Mpu Triguna pada zaman Jayaswara. Isinya tentang perkawinan anatara Kresna dan Dewi Rukmini
m)       Kitab Sumana Santaka
n)         Kitab Bhomakavya, pengaragnya tidak jelas
o)         Kitab Hariwangsa dikarang Mpu Panuluh pada masa pemerintahan Jayabaya
p)         Prasati Sirah Keting (1104 M) yang memuat tentang pemberian hadiah tanah kepada rakyat desa oleh Raja Jayawarsa
q)         Prasasti  Ngantang (1135 M), yang menerangkan panjalu jayati atau panjalu menang, dan  menyebutkan tentang Raja Jayabaya yang memberikan hadiah kepada rakyat Desa Ngantang sebidang tanah yang bebas dari pajak.
r)      Prasasti Jaring (1181 M), dari Raja Gandra yang memuat tentang sejumlah nama-nama hewan seperti Kebo Waruga, dan Tikus Jinada.
s)     Prasasti Kamulan (1194 M), yang menyatakan bahwa pada masa Raja Kertajaya. Kerajaan Kediri telah berhasil mengalahkan musuh yang telah memusuhi istana di katang-katang.
b) Berita Asing
3)       Kehidupan Politik
Kehidupan politik pada Kerajaan Kediri ditandai dengan adanya perang saudara anatara Samarawijaya (Panjalu) dengan Panji Garasakan (Jenggala)
Raja-raja yang pernah berkuasa :
a)     Samarawijaya
b)     Sri Maharaja Rakai Sirikan Prameswara Sakalabhuanatustikarana Sarwwaniwaryya Parakrama Digjayotungga Dewa.\
c)     Sri Bameswara (117-1130 M) , banyak meninggalkan prasasti seperti ditemukan di daerah Tulungagung dan Kertosono. Prasasti –prasasti banyak memuat maslah keagamaan.
d)     Sri Maharaja Sri Warmmeswara Suhrshingha Parakrama Digjayatunggadewanama Jayabaya (1135-1157 M), merupakan raja terbesar dari Kerajaan Kediri
e)     Sri Maharaja Rakai Sirikan Sarwweswara Janarddhanawataa Wijayagrasama Singhandani Wiryyaeiryya Parakrama Digjayotungga Dewana
f)      Sri Maharaja Rakai Sirikan Sarwweswara Janarddhanawataa Wijayagrasama Singhandani Wiryyaeiryya Parakrama Digjayotungga Dewana
g)     Sri Maharaja Rakai Hino Sri Aryyeswara Madhusudanawatarijaya muka ….Salakabhuwana…Niwaryya Parakatunggadewanama (1089-1100 S)
h)     Raja Gandra 1181 M dapat diketahui dari Prasasti jaring, yaitu ptenatng penggunaan nama hewan dalam sistem kepangkatan seperti gajah, kebo,dan tikus, Nama-nam tersebut untuk meninujukan tinggi rendahnya pangkat tersebut.
i)      Sri Maharaja Sri Kameswara Triwikramawatta Aniwarryyawiryya Parakrama Digjayotunggadewana tahun (1104-1107 S)
j)      Sri Maharaja Sri Sarweswara Tiwikkramawataran dita Sringalenacana Digjahotunggadewanama (Raja Kertajaya atau Srengga) tahun 1107-1144 Saka.
4)       Kehidupan Sosial
Kehidupan sosial masyarakat Kediri cukup baik karena kesejahteraan rakyat meningkat, masyarakat hidup tenang. Dalam kitab Ling-wai-tai-ta (1178) karya Chou-Ku-fei yang menerangkan bahwa orang-orang Kediri memakai kain sampai lutut, rambutnya di urai, rumah-rumah telah teratur dan bersih, lantai ubinnya berwarna hijau dan kuning. Pertanian dan perdagangan telah maju, orang-orang yang salah didenda dengan emas. Pencuri dan perampok dibunuh, telah digunakan mata uang perak, orang sakit tidak menggunakan obat tapi memohon kesembuhan pada Dewa atau kepada Buddha. Tiap bulan ke-5 diadakan pesta air, alat musik yang digunakan berupa seruling, gendang, dan gambang dr kayu. Dengan kehidupan masyarakatnya yang aman dan damai maka seni dapat berkembang antara lain kesusastraan yang paling maju adalah seni sastra terutama Jawa kuno. Namun, karya-karya sastra pada masa Kerajaan Kediri kurang mengungkap keadaan pemerintahan dan masyarakat pada zamannya. Pada masa Kameswara perkembangan karya sastra mencapai puncak kejayaannya.
5)       Kehidupan Ekonomi
Kediri merupakan Kerajaan agraris maritim. Perekonomian Kediri bersumber atas usaha perdagangan, peternakan dan pertanian untuk masyarakat yang hidup di daerah pedalaman. Sedangkan yang berada di pesisir hidupnya bergantung dari perdagangan dan pelayaran. Mereka telah mengadakan hubungan dagang dengan Maluku dan Sriwijaya. Kediri terkenal sebagai penghasil beras, kapas dan ulat sutra. Kerajaan Kediri cukup makmur, hal ini terlihat pada kemampuan Kerajaan yang memberikan penghasilan tetap pada para pegawainya walaupun hanya dibayar dengan hasil bumi. Keterangan tersebut berdasarkan kitab Chi-fan-Chi  (1225) karya Chau Ju-kua mengatakan bahwan Su-ki-tan yang merupakan bagian dari She-po(Jawa) telah memiliki daerah taklukkan. Para ahli memperkirakan Su-ki-tan adalah sebuah Kerajaan yang berada di Jawa Timur, dan yang tak lain dan tak bukan adalah Kerajaan Kediri. Mungkin juga Su-ki-tan  sebagai kota pelabuhan yang telah dikenal para pedagang dari luar negeri, termasuk Cina.
6)       Kehidupan Budaya
Kerajaan Kediri adalah memiliki hasil karya sastra berupa kitab sastra seperti kitab Kakawin Bharatayudha yang ditulis oleh Mpu Sedah dan Mpu Panuluh yang menceritakan tentang kemenangan Kediri (Panjalu) atas Janggala. Kitab Kresnayana dikarang oleh Mpu Triguna pada zaman Jayawarsa yang menceritakan mengenai perkawinan antara kresna dan Dewi Rukmini. Kitab Smarandana dan Kitab Lubdhaka.
Kronik Cina juga banyak memberikan gambaran tentang kehidupan masyarakat dan pemerintahan Kediri yang tidak ditemukan dari sumber lain. Berita tersebut disusun melalui kitab yang berjudul Ling-\wai-tai-ta yang ditulis oleh Choi-ku-fei tahun 1178 M dan kitab Chi-fan-Chi yang ditulis oleh Chau-ju-kua tahun 1225 M.

7)       Keruntuhan Kediri
Kertajaya atau Dandang Gendisadalah raja terakhir kerajaan Kediri. Ia memakai lencana Garuda Mukha seperti Ria Airlangga, sayangnya ia kurang bijaksana, sehingga tidak disukai oleh rakyat terutama kaum Brahmana. Dalam masa pemerintahannya, terjadi pertentangan antara dirinya dan para Brahmana hal inilah akhirnya menjadi penyebab berakhirnya Kerajaan Kediri.
Pertentangan itu disebabkan Kertajaya dianggap telah melanggar adat dan memaksa kaum brahmana menyembahnya sebagai Dewa. Para Brahmana kemudian meminta perlindungan pada Ken Arok di Singosari. Kebetulan Ken Arok juga berkeinginan memerdekakan Tumapel (Singosari) yang dulunya merupakan bawahan Kediri. Tahun 1222 pecahlah pertempuran antara prajurit Kertajaya dan pasukan Ken Arok  di desa Ganter. Dalam peperangan ini, pasukan Ken Arok berhasil menghancurkan prajurit Kertajaya. Dengan demikian berakhirlah masa Kerajaan Kediri, yang sejak saat itu menjadi bawahan Kerajaan Singosari. Runtuhnya kerajaan Panjalu-Kediri pada masa pemerintahan Kertajaya dikisahkan dalam Kitab Pararaton dan Kitab Negarakertagama




Kerajaan Sriwijaya


Kerajaan Sriwijaya adalah salah satu kerajaan besar yang terletak di pulau Sumatera tepatnya Sumatera Selatan dan banyak memberi pengaruh di Nusantara dengan daerah kekuasaan membentang dari Kamboja, Thailand Selatan, Semenanjung Malaya, Sumatera, Jawa, dan pesisir Kalimantan. Dalam bahasa Sanskerta, sri berarti "bercahaya" atau "gemilang", dan wijaya berarti "kemenangan" atau "kejayaan", maka nama Sriwijaya bermakna "kemenangan yang gilang-gemilang". Bukti awal mengenai keberadaan kerajaan ini berasal dari abad ke-7; seorang pendeta Tiongkok, I Tsing, menulis bahwa ia mengunjungi Sriwijaya tahun 671 dan tinggal selama 6 bulan
Sumber Sejarah Kerajaan Sriwijaya yaitu berupa prasasti dan berita Cina. Sumber yang berupa prasasti terdiri atas dua, yaitu prasasti yang berasal dari dalam negeri dan prasasti yang berasal dari luar negeri. Prasasti yang berasal dari dalam negeri antara lain: prasasti Kedukan Bukit (683 m), Talang Tuwo (684 m), Telaga Batu (683), Kota Kapur (686 m), Karang Berahi (686 m), Palas Pasemah dan Amoghapasa (1286). Sementara itu, prasasti yang berasal dari luar negeri antara lain; Ligor (775 M), Nalanda, Piagam Laiden, Tanjore (1030 M), Canton (1075 M), Grahi (1183 M) dan Chaiya (1230). Begitu pula sumber naskah dan buku yang berasal dari dalam negeri adalah kitab Pararaton, sedangkan dari luar negeri antara lain kitab memoir dan record karya I-Tsing, Kronik dinasti Tang, Sung, dan Ming, kitab Lingwai- tai-ta karya Chou-ku-fei dan kitab Chu-fon-chi karya Chaou- fu hua.
Pada tahun saka 605 hari kesebelas bulan terang bulan waiseka Dapunta Hyang naik di perahu mengadakan perajalanan pada hari ketujuh bulan terang. Bulan jyestha dapunta hyang berangkat dari minanga. Tambahan beliau membawa tentara dua laksa (20.000), dua ratus koli di perahu, yang berajalan darat seribu, tiga ratus dua belas banyaknya datang di mukha upang, dengan senang hati, pada hari kelima bulan terang bulan asada, dengan lega gembira datang membuat wanua ... . perajalanan jaya sriwijy memberikan kepuasan.
Kerajaan Sriwijaya mencapai puncak kejayaannya pada masa Balaputra Dewa. Raja ini mengadakan hubungan persahabatan dengan Raja Dewapala Dewa dari India. Dalam Prasasti Nalanda disebutkan bahwa Raja Dewapala Dewa menghadiahkan sebidang tanah untuk mendirikan sebuah biara untuk para pendeta Sriwijaya yang belajar agama Buddha di India. Selain itu, dalam Prasasti Nalanda juga disebutkan bahwa adanya silsilah Raja Balaputra Dewa dan dengan tegas menunjukkan bahwa Raja Syailendra (Darrarindra) merupakan nenek moyangnya
Kerajaan Sriwijaya adalah salah satu kerajaan terbesar di Indonesia pada masa silam. Kerajaan Sriwijaya mampu mengembangkan diri sebagai negara maritim yang pernah menguasai lalu lintas pelayaran dan perdagangan internasional selama berabad-abad dengan menguasai Selat Malaka, Selat Sunda, dan Laut Jawa. Setiap pelayaran dan perdagangan dari Asia Barat ke Asia Timur atau sebaliknya harus melewati wilayah Kerajaan Sriwijaya yang meliputi seluruh Sumatra, sebagian Jawa, Semenanjung Malaysia, dan Muangthai Selatan. Keadaan ini juga yang membawa penghasilan Kerajaan Sriwijaya terutama diperoleh dari komoditas ekspor dan bea cukai bagi kapalkapal yang singgah di pelabuhan-pelabuhan milik Sriwijaya. Komoditas ekspor Sriwijaya antara lain kapur barus, cendana, gading gajah, buah-buahan, kapas, cula badak, dan wangi-wangian
Faktor kemajuan Kerajaan Sriwijaya
a.     Letaknya yang sangat strategis di jalur perdagangan.
b.     Kemajuan pelayaran dan perdagangan antara Cina dan India melalui Asia Tenggara.
c.     Runtuhnya Kerajaan Funan di Indocina. Dengan runtuhnya Funan memberikan kesempatan kepada Sriwijaya untuk berkembang sebagai negara maritim menggantikan Funan.
d.     Sriwijaya mempunyai kemampuan untuk melindungi pelayaran dan perdagangan di perairan Asia Tenggara dan memaksanya singgah di pelabuhan-pelabuhan.

Dalam bidang agama, Kerajaan Sriwijaya menjadi pusat agama Buddha yang penting di Asia Tenggara dan Asia Timur. Agama Buddha yang berkembang di Sriwijaya ialah aliran Mahayana dengan salah satu tokohnya yang terkenal ialah Dharmakirti.
Kerajaan Sriwijaya mundur sejak abad ke-10 disebabkan oleh faktor-faktor berikut :
·       Perubahan keadaan alam di sekitar Palembang. Sungai Musi, Ogan Komering, dan sejumlah anak sungai lainnya membawa lumpur yang diendapkan di sekitar Palembang sehingga posisinya menjauh dari laut dan perahu sulit merapat.
·       Letak Palembang yang makin jauh dari laut menyebabkan daerah itu kurang strategis lagi kedudukannya sebagai pusat perdagangan nasional maupun internasional. Sementara itu, terbukanya Selat Berhala antara Pulau Bangka dan Kepulauan Singkep dapat menyingkatkan jalur perdagangan internasional sehingga Jambi lebih strategis daripada Palembang.
·       Dalam bidang politik, Sriwijaya hanya memiliki angkatan laut yang diandalkan. Setelah kekuasaan di Jawa Timur berkembang pada masa Airlangga, Sriwijaya terpaksa mengakui Jawa Timur sebagai pemegang hegemoni di Indonesia bagian timur dan Sriwijaya di bagian barat.
·       Adanya serangan militer atas Sriwijaya. Serangan pertama dilakukan oleh Teguh Dharmawangsa terhadap wilayah selatan Sriwijaya (992) hingga menyebabkan utusan yang dikirim ke Cina tidak berani kembali. Serangan kedua dilakukan oleh Colamandala atas Semenanjung Malaya pada tahun 1017 kemudian atas pusat Sriwijaya pada tahun 1023 – 1030. Dalam serangan ini, Raja Sriwijaya ditawan dan dibawa ke India. Ketika Kertanegara bertakhta di Singasari juga ada usaha penyerangan terhadap Sriwijaya, namun baru sebatas usaha mengurung Sriwijaya dengan pendudukan atas wilayah Melayu. Akhir dari Kerajaan Sriwijaya adalah pendudukan oleh Majapahit dalam usaha menciptakan kesatuan Nusantara (1377).

dari berbagai sumber