1) Letak Geografis
Kerajaan Kediri merupakan Kerajaan Medang dengan pusat kerajaan terletak
di tepi Sungai Brantas, Jawa Tengah. Ibukotanya Dahanapura. Berdiri abad ke-12
Masehi.
2) Sumber Sejarah
Sumber
kerajaan Kediri antara lain ;
a)
Prasasti Banjaran (974 S)
b)
Prasasti Padlegan I (1083 S), yang dikeluarkan oleh Raja Bameswara
c)
Prasasti Panumbangan (1042 S/1120 M), yang dikeluarkan oleh Raja Bameswara
d)
Prasasti Candi Tuban (1052 S)
e)
Prasasti Tangkilan (1052 S)
f)
Prasasti Karang Reja (1056 S)
g)
Prasasti Talan (1058 S/1136 M), dikeluarkan oleh Raja Jayabaya
h)
Kitab Bharatayuda (109 S), ditulis pada zaman Jayabaya, untuk menggambarkan terjadinya perang antara Panjalu melawan Benggala.
i)
Kitab Wransancaya (Mpu Tanakung)
j)
Kitab Lubdaka, ditulis Empu Tanakung pada zaman Kameswara. Isinya tentang seorang
pemburu bernama Lubdhaka. Ia banyak membunuh. Pada suatu ketika mengadakan
perjamuan untuk dewa Syiwa, sehingga rohnya yang semestinya masuk neraka
kemudian masuk surga.
k)
Kitab Wrtassancaya, di kararaang MpuTanakung
l)
Kitab Kresnayana, ditulis Mpu Triguna pada zaman Jayaswara. Isinya tentang perkawinan
anatara Kresna dan Dewi Rukmini
m) Kitab Sumana Santaka
n)
Kitab Bhomakavya, pengaragnya tidak jelas
o)
Kitab Hariwangsa dikarang Mpu Panuluh pada masa pemerintahan Jayabaya
p)
Prasati Sirah Keting (1104 M) yang memuat tentang pemberian hadiah tanah
kepada rakyat desa oleh Raja Jayawarsa
q)
Prasasti Ngantang
(1135 M), yang menerangkan panjalu jayati atau panjalu menang, dan menyebutkan tentang Raja Jayabaya yang
memberikan hadiah kepada rakyat Desa Ngantang sebidang tanah yang bebas dari
pajak.
r) Prasasti Jaring (1181 M), dari Raja Gandra
yang memuat tentang sejumlah nama-nama hewan seperti Kebo Waruga, dan Tikus
Jinada.
s) Prasasti Kamulan (1194 M), yang
menyatakan bahwa pada masa Raja Kertajaya. Kerajaan Kediri telah berhasil
mengalahkan musuh yang telah memusuhi istana di katang-katang.
b) Berita Asing
3) Kehidupan Politik
Kehidupan politik pada Kerajaan Kediri ditandai dengan adanya perang
saudara anatara Samarawijaya (Panjalu) dengan Panji Garasakan (Jenggala)
Raja-raja yang pernah berkuasa :
a) Samarawijaya
b) Sri Maharaja Rakai Sirikan Prameswara Sakalabhuanatustikarana
Sarwwaniwaryya Parakrama Digjayotungga Dewa.\
c) Sri Bameswara (117-1130 M) , banyak meninggalkan prasasti
seperti ditemukan di daerah Tulungagung dan Kertosono. Prasasti –prasasti
banyak memuat maslah keagamaan.
d) Sri Maharaja Sri Warmmeswara Suhrshingha Parakrama Digjayatunggadewanama
Jayabaya (1135-1157 M), merupakan raja terbesar dari Kerajaan Kediri
e) Sri Maharaja Rakai Sirikan Sarwweswara Janarddhanawataa
Wijayagrasama Singhandani Wiryyaeiryya Parakrama Digjayotungga Dewana
f) Sri Maharaja Rakai Sirikan Sarwweswara Janarddhanawataa
Wijayagrasama Singhandani Wiryyaeiryya Parakrama Digjayotungga Dewana
g) Sri Maharaja Rakai Hino Sri Aryyeswara Madhusudanawatarijaya muka
….Salakabhuwana…Niwaryya Parakatunggadewanama (1089-1100 S)
h) Raja Gandra 1181 M dapat
diketahui dari Prasasti jaring, yaitu ptenatng penggunaan nama hewan dalam
sistem kepangkatan seperti gajah, kebo,dan tikus, Nama-nam tersebut untuk
meninujukan tinggi rendahnya pangkat tersebut.
i) Sri Maharaja Sri Kameswara Triwikramawatta Aniwarryyawiryya
Parakrama Digjayotunggadewana tahun (1104-1107 S)
j) Sri Maharaja Sri Sarweswara Tiwikkramawataran dita Sringalenacana
Digjahotunggadewanama (Raja Kertajaya atau Srengga) tahun 1107-1144
Saka.
4)
Kehidupan Sosial
Kehidupan
sosial masyarakat Kediri cukup baik karena kesejahteraan rakyat meningkat,
masyarakat hidup tenang. Dalam kitab Ling-wai-tai-ta (1178) karya Chou-Ku-fei
yang menerangkan bahwa orang-orang Kediri memakai kain sampai lutut, rambutnya
di urai, rumah-rumah telah teratur dan bersih, lantai ubinnya berwarna hijau
dan kuning. Pertanian dan perdagangan telah maju, orang-orang yang salah didenda dengan emas.
Pencuri dan perampok dibunuh, telah digunakan mata uang perak, orang sakit
tidak menggunakan obat tapi memohon kesembuhan pada Dewa atau kepada Buddha.
Tiap bulan ke-5 diadakan pesta air, alat musik yang digunakan berupa seruling,
gendang, dan gambang dr kayu. Dengan kehidupan masyarakatnya yang aman dan
damai maka seni dapat berkembang antara lain kesusastraan yang paling maju
adalah seni sastra terutama Jawa kuno. Namun, karya-karya sastra pada masa Kerajaan
Kediri kurang mengungkap keadaan pemerintahan dan masyarakat pada zamannya.
Pada masa Kameswara perkembangan karya sastra mencapai puncak kejayaannya.
5)
Kehidupan Ekonomi
Kediri
merupakan Kerajaan agraris maritim. Perekonomian Kediri bersumber atas usaha
perdagangan, peternakan dan pertanian untuk masyarakat yang hidup di daerah
pedalaman. Sedangkan yang berada di pesisir hidupnya bergantung dari perdagangan
dan pelayaran. Mereka telah mengadakan hubungan dagang dengan Maluku dan
Sriwijaya. Kediri terkenal sebagai
penghasil beras, kapas dan ulat sutra. Kerajaan Kediri cukup makmur, hal ini
terlihat pada kemampuan Kerajaan yang memberikan penghasilan tetap pada para
pegawainya walaupun hanya dibayar dengan hasil bumi. Keterangan tersebut
berdasarkan kitab Chi-fan-Chi (1225) karya Chau Ju-kua mengatakan
bahwan Su-ki-tan yang merupakan bagian dari She-po(Jawa) telah memiliki daerah
taklukkan. Para ahli memperkirakan Su-ki-tan adalah sebuah Kerajaan yang berada
di Jawa Timur, dan yang tak lain dan tak bukan adalah Kerajaan Kediri. Mungkin
juga Su-ki-tan sebagai kota pelabuhan yang telah dikenal para pedagang
dari luar negeri, termasuk Cina.
6)
Kehidupan Budaya
Kerajaan
Kediri adalah memiliki hasil
karya sastra berupa
kitab sastra seperti kitab Kakawin Bharatayudha yang ditulis oleh Mpu Sedah dan
Mpu Panuluh yang menceritakan tentang kemenangan Kediri (Panjalu) atas
Janggala. Kitab Kresnayana dikarang
oleh Mpu Triguna pada zaman Jayawarsa yang menceritakan mengenai perkawinan
antara kresna dan Dewi Rukmini. Kitab Smarandana dan Kitab Lubdhaka.
Kronik Cina juga banyak
memberikan gambaran tentang kehidupan masyarakat dan pemerintahan Kediri yang
tidak ditemukan dari sumber lain. Berita tersebut disusun melalui kitab yang
berjudul Ling-\wai-tai-ta yang ditulis oleh Choi-ku-fei tahun 1178 M dan
kitab Chi-fan-Chi yang ditulis oleh Chau-ju-kua tahun 1225 M.
7)
Keruntuhan Kediri
Kertajaya atau Dandang Gendisadalah raja terakhir kerajaan Kediri.
Ia memakai lencana Garuda Mukha seperti Ria Airlangga, sayangnya ia kurang
bijaksana, sehingga tidak disukai oleh rakyat terutama kaum Brahmana. Dalam
masa pemerintahannya, terjadi pertentangan antara dirinya dan para Brahmana hal
inilah akhirnya menjadi penyebab berakhirnya Kerajaan Kediri.
Pertentangan itu disebabkan
Kertajaya dianggap telah melanggar adat dan memaksa kaum brahmana menyembahnya
sebagai Dewa. Para Brahmana kemudian meminta perlindungan pada Ken Arok di
Singosari. Kebetulan Ken Arok juga berkeinginan memerdekakan Tumapel
(Singosari) yang dulunya merupakan bawahan Kediri. Tahun 1222 pecahlah
pertempuran antara prajurit Kertajaya dan pasukan Ken Arok di desa
Ganter. Dalam peperangan ini, pasukan Ken Arok berhasil menghancurkan prajurit
Kertajaya. Dengan demikian berakhirlah masa Kerajaan Kediri, yang sejak saat
itu menjadi bawahan Kerajaan Singosari. Runtuhnya kerajaan Panjalu-Kediri pada masa
pemerintahan Kertajaya dikisahkan dalam Kitab Pararaton dan Kitab Negarakertagama